BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masa
nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan
berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi, seluruh organ
kandungan baru pulih kembali seperti sebelum hamil, dalam waktu 3 bulan setelah
bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena
pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah
terjadinya proses kehamilan dan persalinan.
Masa
nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pasca nifas, masa nifas dini dan
masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki ciri khas tertentu. Pasca nifas
adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam sesudah melahirkan). Masa
nifas dini adalah masa permulaan nifas, yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai
7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah
melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Perawatan
masa nifas adalah perawatan terhadap ibu yang baru melahirkan sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Fungsi perawatan masa nifas yakni
memberikan fasilitas agar proses penyembuhan fisik dan psikis berlangsung
dengan normal, mengamati proses kembalinya rahim ke ukuran normal, membantu ibu
untuk dapat memberikan ASI dan memberi petunjuk kepada ibu dalam merawat
bayinya. Perawatan masa nifas sebenarnya dimulai sejak plasenta lahir, dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan setelah melahirkan dan
infeksi. Bila ada luka robek pada jalan lahir atau luka bekas guntingan episiotomi,
dilakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong
persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan,
khususnya untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan.
Sesudah
bersalin, suhu badan ibu dapat naik 0,5 derajat C, tapi tidak melebihi 38
derajat C. Sesudah 12 jam pertama, suhu badan akan kembali normal. Bila suhu
melebihi dari 38 derajat C, kemungkinan telah terjadi infeksi. Rasa mulas di
perut setelah melahirkan timbul akibat kontraksi rahim dan biasanya lebih
terasa saat menyusui. Keluhan ini dapat dialami selama 2-3 hari sesudah
bersalin. Rasa mulas ini juga dapat timbul jika masih terdapat sisa selaput
ketuban, plasenta atau bekuan darah di dalam rongga rahim. Bila mulas tersebut
sangat mengganggu, dapat diberikan obat antinyeri dan penenang, supaya ibu
dapat beristirahat dan tidur.
Setelah
melahirkan, ibu harus segera buang air kecil sendiri. Kadang-kadang timbul
keluhan kesulitan berkemih yang disebabkan pada saat persalinan otot-otot
kandung kemih mengalami tekanan oleh kepala janin, disertai pembengkakan
kandung kemih. Bila kandung kemih terisi penuh sedangkan si ibu tidak dapat
buang air kecil, sebaiknya dilakukan pemasangan kateter (selang kencing), untuk
mengistirahatkan sementara otot-otot tersebut, yang berikutnya diikuti dengan
latihan berkemih. Ketidakmampuan berkemih dapat menyebabkan terjadinya infeksi,
sehingga harus diberikan antibiotika. Dalam 3-4 hari setelah bersalin, ibu
harus sudah buang air besar. Bila ada sembelit dan tinja mengeras, dapat
diberikan obat pencahar atau dilakukan klisma (pembersihan usus). Demam dapat
muncul jika tinja tertimbun lama di usus besar.
Pada ibu yang bersalin
secara normal (bukan operasi), sebaiknya dianjurkan untuk kontrol kembali 6
minggu sesudah melahirkan. Pemeriksaan meliputi keluhan, selera makan, gangguan
berkemih dan buang air besar, ASI (payudara dan puting susu), luka jalan lahir,
keputihan, riwayat demam dan perdarahan, dan pemeriksaan organ kandungan.
Pemeriksaan tersebut tidak merupakan pemeriksaan terakhir, terlebih jika
ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di
atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui Definisi Distosia Kelainan HIS
2. Untuk
mengetahui Penyebab Distosia Kelainan HIS
3. Untuk
mengetahui Tanda dan Gejala Distosia Kelainan HIS
4. Untuk
mengetahui Penatalaksanaan Distosia Kelainan HIS
1.3 Tujuan
Agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang deteksi dini pada masa nifas 6jam , 6hari ,
6minggu.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Masa Nifas
Masa nifas
adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul
Bari,2000:122).
Masa nifas
merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas
adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998).
2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan
bayi sehari-hari. Memberikan pelayanan keluarga berencana.Mendapatkan kesehatan
emosi.
Kunjungan
|
Waktu
|
Asuhan
|
I
|
6-8 jam post partum
|
|
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
|
||
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
|
||
Pemberian ASI awal.
|
||
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
|
||
II
|
6 hari post partum
|
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
|
III
|
2 minggu post partum
|
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
|
IV
|
6 minggu post partum
|
|
2.3 Komplikasi
dan Penyulit pada Masa Nifas
1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi
500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan,
terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini:
a. Perkiraan kehilangan darah biasannya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada
spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada
anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat
fatal dari kehilangan darah.
c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa
jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal
tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat
atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan fase persalinan
v Penyebab:
a. Uterus atonik (terjadi karena misalnya: plasenta atau selaput
ketuban tertahan).
b. Trauma genetalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan
termasuk sectio caesaria, episiotomi).
c. Koagulasi intravascular disetaminata.
d. Inversi uterus.
Hemorargi
post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian PPH yang terjadi antara 24
jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
v Penatalaksanaan:
Hemorargi post partum primer dan Hemorargi post partum atonik.
1. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.
2. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit,
kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang sudah
keluar. Jika pasien dalam kondisi syok, pastikan jalan nafas dalam kondisi
terbuka, palingkan wajah hilang.
3. Berikan oksitosin (oksitosin untuk 10 iu IV dan ergometrin 0,5 IV.
Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).
4. Siapkan donor untuk tranfusi, ambil darah untuk cross cek, berikan
NaCl 11/15 menit apabila pasien mengalami syok), pada kasus syok yang parah
gunakan plasma ekspander.
5. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.
6. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 iu
oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit. Usahakan
tetap menyusui bayinya.
7. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap relaks, lakukan
kompresi bimanual.
8. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap berkontraksi dengan
baik, pastikan laserasi jalan lahir.
9. Jika ada indikasi mungkin terjadi infeksi maka berikan antibiotik.
10. Lakukan pencatatan yang akurat.
v Hal yang harus di hindari:
1. Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai perdarahan telah
terkendali dan keadaan umum telah stabil.
2. Pada kasus PPH atonik jangan pernah memasukkan pack vagina.
3. Jika penolong berada si rumah perlu dilakukan rujukan.Hemorargi
post partum traumatic
4. Pastikan asal perdarahan.
5. Ambil darah untuk cros check dan lakukan sek kadar HB.
6. Pasang infus IV, NaCl atu Rl jika pasien mengalami syok.
7. Pasien dalam posisi litotomi dan penerangan yang cukup.
8. Perkirakan darah yang hilang.
9. Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kondisi umum.
10. Jahit robekan
11. Berikan antibiotik.
12. Membuat catatan yang akurat.
2. Infeksi
Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan
infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab
tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi
yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah
satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan
panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek,
kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.
3. Sakit
Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur
Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda
terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang
tinggi.
4. Pembengkakan
di Wajah atau Ekstrenitas.
Ini berhubungan dengan no 3.
5. Demam,
Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas
kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan
kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan
oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina.
6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas,
dan Terasa Sakit.
Disebabkan oleh payudara yang tidak
disusu secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu
dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia.
7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Kelelahan yang amat berat setelah
persalinan dapat mengganggu nafsu makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai
kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman
hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang.
Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat
guna memulihkan keadaanya kembali.
8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di
kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk
thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi.
9. Merasa sedih atau tidak
mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional
bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa
nyeri pada awal masa nifas,kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan
setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
2.4 Kelainan-Kelainan Dalam Masa Nifas
1. Kelainan pada rahim
a. Sub involusi uteri
Involusi
adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari
1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40–60 gram 6 minggu kemudian. Pada
beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana
mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat. Keadaan demikian disebut sub
involusi uteri. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya
infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat
bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus teraba masih besar, fundus
masih tinggi, lochea banyak, dapat berbau dan terjadi perdarahan.
b. Perdarahan masa
nifas
1)
Pengertian
Perdarahan
lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
2)
Pembagian
·
Perdarahan postpartum primer
(early postpartum hemorhage) yang terjadi pada 24 jam pertama.
·
Perdarahan postpartum
sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
3). Etiologi
Penyebab
perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa
plasenta, laserasi jalan lahir dan inversio uteri. Sedangkan penyebab perdarahan
postpartum sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta, infeksi nifas.
4). Pencegahan
Pencegahan
perdarahan post partum dapat dilakukan dengan mengenali resiko perdarahan
post partum (uterus distensi, partus lama, partus dengan pacuan), memberikan
oksitoksin injeksi setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus setelah bayi
lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir.
2. Kelainan lain dalam
nifas
a. Flegmasia alba
dolens
yaitu suatu
tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena vemoralis. Hal ini disebabkan
oleh adanya trombosis atau embolus yang disebabkan karena adanya perubahan atau
kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju
peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
Faktor
predisposisinya adalah usia lanjut, multi paritas, obstetri operatif, adanya
farices dan infeksi nifas. Gejala klinisnya meliputi suhu badan naik, nyeri
kaki dan betis pada saat berjalan atau ditekan (tanda homan) dan bengkak
(tumor) kalau ditekan menjadi cekung
b. Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum
Sindroma
sheehan atau nekrosis lobus depan dari hipofisis karena syock akibat perdarahan
persalinan. Hipofisis ikut berinvolusi setelah persalinan karena syock akibat
perdarahan hebat pada hipofisis terjadilah nekrosis pada pars anterior. Mungkin
pula nekrosis ini terjadi karena pembekuan intravaskuler menyebabkan trombosis
pada sinusoid hipofisis. Gejala timbul agalaksia, amenore, dan insufisiensi
hormon pars anterior hipofisis.
2.5 Komplikasi dan kelainan penyakit dalam masa nifas
v Infeksi Nifas
1. Endometritis
Uterus, tubavalopi, ovarium,
pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di sekitarnya dan peritoneum
yang menutupi alat-alat tersebut iatas merupakan kesatuan fungsional. Radang
dapat menyebar dengan cepat dari kavum uteri ke seluruh genetalia interna.
Radang edometrium dinmakan endometritis, radang otot-otot uterus, dinamakan
miometritis atau metritis dan radang peritoneum disekitar uterus dinamakan
perimetritis.
a. Endometritis
akut
Pada endometritis akut
endommetrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik
terdapat hiperemi, edem, dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak,
serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksim gonores dan infeksi pada abortus dan partus
Infeksi gonorea mulai
sebagai servicitis akut dan radang menjalar keatas dan menyebabkan endometritis
akut. Infeksi post abortum dan postpartum sering terdapat karena luka-luka pada serviks
uteri, lika pada dinding uterus bekas tempat plasenta, yang merupakan porte
d’entrée bagi kuman-kuman patgen. Selain itu alat-alat yang digunakan pada
abortus dan partus dan tidak steril dapat membawa kuman-kuman ke dalam uterus.
Pada abortus septic dan
sepsis peurperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui
pembuluh-pembuluh darah dan limfe dapat menjalar ke para metrium, tuba dan
ovarium, dan ke peritoneum disekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut yaitu
penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah,
dan uterus serta daerah di sekitarnya nyeri pada perabaan.
Kelainan pada Payudara
· Bendungan ASI
Disebabkan oleh pembendungan
air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan
mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
Penanganan sebaiknya dimulai
selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan-kelainan. Bila terjadi juga berikan terapi simtomatis untuk sakitnya
(analgetika), sebelum menyusukan pengurutan dahulu atau dipompa sehingga
sumbatan hilang.
2.6 Tanda Bahaya Masa Nifas
v Infeksi Nifas
Setelah persalinan terjadi
beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin
untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu
melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5
oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari
pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam
tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah
infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun
dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39 oC tanpa
menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
v Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh),
dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari
50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai
penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
Ø Streptococcus
haemoliticus aerobic
Masuknya secara eksogen dan
menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang
tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
Ø Staphylococcus
aureus
Masuk secara eksogen,
infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
Ø Escherichia
coli
Sering berasal dari kandung
kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
Ø Clostridium
welchii
Kuman anaerobik yang sangat
berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
dukun dari luar rumah sakit.
Gambaran
klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
v Infeksi Lokal :
1. Pembengkakan luka episiotomi.
2. Terjadi penanahan.
3. Perubahan warna lokal.
4. Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6. Temperatur badan dapat meningkat.
v Infeksi General :
1. Tampak sakit dan lemah.
2. Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6. Terjadi gangguan involusi uterus.
7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Cara Terjadinya Infeksi
a) Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam
yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b) Alat-alat yang tidak suci hama.
c) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi
kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya
atau orang lain
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
1. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
2. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
3. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah
dalam rongga rahim.
4. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan,
kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (jantung,
tuberkulosis paru, pneumonia dan lain-lain).
Klasifikasi
1. Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks dan
endometrium.
2. Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah
vena, pembuluh limfe dan endometrium.
Pencegahan Infeksi Nifas
v Masa
kehamilan
Mengurangi atau mencegah
faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta
mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan
dilakukan kalau tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil
tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
v Masa
persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c) Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat
harus suci hama.
d) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam
maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e) Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan transfusi dara
2.7 Jenis Jenis
Infeksi Masa Nifas
a. Septikemia dan Piemia
Septikemia adalah keadaan di mana kuman-kuman dan atau toksiknya
langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi
umum. Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu
lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan
terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang di hinggapinya
(paru-paru, ginjal, jantung, otak dan sebagainya).
Gambaran klinis dan diagnosis
· Baik septikemia maupun piemia adalah penyakit berat. Gejala
septikemia lebih akut dari piemia, ibu kelihataan sakit dan lemah, suhu badan
naik 39-40oC, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 kali
permenit atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak
nafas, kesadaran menurun, gelisah.
· Pada piemia, dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis
tidak lama postpartum, dan setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum
seperti diatas.
· Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositas, pada kultur
darah di jumpai kuman-kuman yang patogen.
Prognosis
Septikemia
dan piemia adalah infeksi berat dengan angka kematian yang tinggi, apalagi bila
diikuti oleh peritonotis umum. Kadang-kadang walaupun dengan pemberian
antibiotik dan upaya yang cukup kematian ibu tidak terhindarkan.
b. Parametritis ( Selulitis Pelvika )
adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat
terjadi melalui beberapa jalan :
1. Dari servisitis atau endometritis yang tersebar melalui pembuluh
limfe.
2. Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke
parametrium.
3. Atau sekunder dari tromboflebitis.
c. Salfingitis ( Salfingo- ooforitis )
Salfingitis
adalah peradangan dari adneksa. Terdiri dari salfingitis akut dan kronik.
Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi
berlanjut dapat terjadi piosalfing.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas
merupakan masa yang diawali sejak 2 jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah
melahirkan.
Komplikasi dan penyulit pada masa nifas
1. Perdarahan pervaginam,
3. Sakit kepala, nyeri epigastrik,
penglihatan kabur,
4. Pembengkakan di wajah atau ekstrenitas,
5. Emam, muntah, rasa sakit waktu berkemih,
6. Payudara yang berubah menjadi merah,
panas, dan terasa sakit,
7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
lama,
8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan
di kaki,
9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh
sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
3.2 Saran
Bagi para pembaca diharapkan agar dengan membaca makalah
ini,pengetahuan menjadi bertambah dan jika menemukan salah satu komplikasi masa
nifas diatas,segera memeriksakan kondisi dari penderita. Sehingga asuhan yang
di berikan oleh petugas kesehatan bisa efisien dan mengurangi resiko ibu
mengalami hal yang tidak di inginkan.
Di
postkan oleh : agus suminto n yuni momo